Para sahabat yang terkasih! Untuk kelahiranmu ke dunia, untuk pertumbuhan dan perkembanganmu, untuk pendidikanmu – untuk semua hal ini, engkau harus menjaga nama baik orang tuamu. Dalam Taittiriya Upanishad – Siksha Valli – 1-11-2 disebutkan dengan:
Matru Devo bhavah (perlakukan ibu
sebagai Tuhan)
Pitru Devo bhavah (perlakukan ayah
sebagai Tuhan)
Acharya Devo bhavah (perlakukan guru
sebagai Tuhan)
Atithi Devo bhavah (perlakukan tamu sebagai Tuhan)
Tidak peduli betapa tinggi jabatan
serta kedudukanmu dalam hidup, bahkan jika engkau menjadi perdana mentri, engkau
adalah masih sebagai putra dari ibumu. Pertama dan utama, sayangi dan hormati
ibumu. Kedua, hormati ayahmu. Dunia tidak akan pernah bisa menghormati
seseorang yang tidak menghormati kedua orang tuanya.
Para sahabat terkasih! Setiap dari dirimu harus duduk dalam keheningan
dan merenungkan beberapah hal yang penting ini: “Makanan, darah dan kepala” adalah
hadiah dari orang tua. Pertama berikan rasa terima kasih kepada orang tua. Dimanapun
kita memandang pada saat sekarang, para pelajar bahkan tidak merasakan rasa
syukur kepada orang tua mereka! Orang tua juga memanjakan anak-anak mereka dan
bukannya menunjukkan kekurangan dalam karakter mereka. Anak-anak menganggap
orang tua sebagai “teman”! Orang tua seharusnya tidak membiarkan perilaku yang
sembrono seperti itu. Mengapa? Ini hanya akan menghancurkan masa depan anak.
Ada sebuah kisah dalam hidup Premchand. Ada sebuah contoh
yang indah dalam hidupnya. Dia memiliki dua putra yang sedang belajar di Allahabad.
Premchand dan istrinya berencana untuk berangkat ke Nainital suatu hari nanti.
Mereka memberi tahu kedua putra mereka, "Kalian harus datang dan mengantar
kami ke stasiun kereta api". Kedua putranya pergi ke stasiun seperti yang
diperintahkan. Putra sulung menyentuh kaki orang tuanya dan berkata, “Namaste,
ayah. Namaste, ibu”. Putra kedua berjalan dengan angkuh dengan tangan di
sakunya dan berseru, "Bagaimana kabarmu, ibu dan ayah?" [Tertawa] Dia
tidak memberi hormat atau menunjukkan rasa hormat. Premchand terkejut, tetapi
dia tetap diam, hanya berbicara tentang sekolah dan kesehatan mereka. Kereta api
mulai bergerak. Putra tertua berdiri dengan hormat dengan tangan tercakup di
peron sampai kereta menghilang dari pandangan. Putra bungsunya berteriak, “Ayah,
Ibu, bye bye”!
Di dalam kereta api, Premchand sangat gelisah. Dia
mondar-mandir dengan gelisah. Istrinya bertanya, “Apa yang sedang engkau
pikirkan?” Dia menjelaskan, “Apakah kamu tidak memperhatikan? Putra bungsu kita
tidak menunjukkan rasa hormat kepada kita?” Istrinya berkata, “Kasihanilah dia
masih muda dan belum berpengalaman. Mengapa engkau mencari kesalahannya?
Mengapa mengkhawatirkan hal sepele seperti itu?” Premchand berbaring. Sebelum
tertidur, dia memberi tahu istrinya lagi, “Putra bungsu kita tidak menunjukkan
rasa hormat kepada kita”. Dia tidak bisa memikirkan hal lain. Dia berbicara
tentang kejadian ini dalam banyak kesempatan. Istrinya selalu menjawab untuk
membela putra mereka, “Apakah dia telah menyakiti kita? Engkau harus berhenti
mengkhawatirkannya”. Premchand akan memberitahunya dengan tegas, “Kamu pikir
aku mengkhawatirkan diriku sendiri? Tidak. Perilaku seperti itu akan
membahayakan masa depannya sendiri.” Hanya pelajar yang menghormati orang tua
dapat menikmati masa depan yang aman dan terjamin.
Kebenaran ini sangat jelas ditunjukkan dalam kehidupan
putra-putra Premchand. Anak laki-laki yang lebih tua lulus ujian dengan
gemilang dan, pada waktunya, menjadi hakim di Pengadilan Tinggi Allahabad.
Kemana pun dia pergi di kota, orang-orang menghormatinya. Putra bungsunya
bekerja sebagai juru tulis, juga di Allahabad. Jangankan menerima rasa hormat,
dia harus memberi hormat kepada semua orang! Apa pesan yang disampaikan?
Seseorang yang menghormati orang tuanya menjadi layak dihormati semua orang.
Orang yang tidak menghormati orang tuanya terpaksa tunduk kepada semua orang.
Hukum yang tak terelakkan ini tidak akan pernah bisa diubah oleh siapa pun.
Apapun gelar dan jabatanmu, hormati dulu orang tuamu. Orang
tua mungkin memberimu kebebasan karena keterikatan mereka. Sayangi dan hormati
mereka, dan jangan menyalahgunakan kebebasan itu. Dari sudut pandang mereka,
mereka telah memberimu kebebasan tertentu. Dari sudut pandangmu, engkau dapat
menggunakan kebebasan secara konstruktif. Hormati orang tuamu.